Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penganggaran Operasional dan Aspek Keperilakuan Dalam Anggaran

Anggara merupakan alat yang sangat berguna dalam hal perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan. Selain itu penting juga bagi kita untuk memahami apa dasar penyusunan anggaran dan bagaimana aspek keperilakuan yang muncul dalam penganggaran. 

Penganggaran Operasional dan Aspek Keperilakuan Dalam Anggaran

A. Konsep Dasar dan Manfaat Anggaran

Anggaran adalah suatu perencanaan keuangan perusahaan untuk masa yang akan datang, yang sekaligus juga berperan sebagai alat pengendalian. Anggaran menunjukan suatu perencanaan rinci yang menunjukan bagaimana pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk dipakai selama periode tertentu di masa depan.

Anggaran disusun berdasarkan rencana strategis perusahaan. Tujuan tersebut diturunkan menjadi tujuan jangka panjang dan jangka pendek dan diturunkan lagi menjadi suatu program kerja atau deskripsi kegiatan-kegiatan yang memiliki hoirzon yang lebih pendek lagi. 

selanjutnya, aktivitas aktual akan diperbandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Perbedaan unfavorable (tidak menguntungkan) yang muncul antara yang direncanakan dengan yang sebenarnya terjadi akan menadi sebuah umpan balik yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tindakan korektif dan jika diperlukan digunakan pula untuk merevisi proses penyusunan anggaran selanjutnya. 

Konsep dasar lain yang harus dipahami mengapa suatu rencana aktivitas harus dibuat dalam bentuk kuantitatif adalah karena masalah alokasi sumber daya yanag terbatas. 

Selanjutnya anggaran dapat memberikan banyak manfaat positif bagi perusahaan selain yang telah dippaparkan diatsas ialah sebagai berikut:

  1. Perencanaan: Anggaran menggerakan manajer untuk melakukan perencanaan formal masa depan sehingga mendorong manajer untuk mengembangkan arah umum bagi perusahaan, memperkirakan masalah yang akan muncul, dan menetapkan kebijakan yang tepat agar seluruh anggota perusahaan bertindak selaras dengan rencana strategis yang telah ditetapkan.
  2. Pengambilan keputusan: perencanaan yang telah dibuat membantu proses pengambilan keputusan.
  3. Pengendalian: manfaat hal ini sebenarnya sudah cukup jelas dipaparkan diatas.
  4. Komunikasi dan Koordinasi: Anggaran membantu proses komunikasi antar anggota perusahaan dalam memahami dan mengeksekusi rencana strategis perusahaan yang telah diturunkan menjadi sesuatu yang terukur.
  5. Penilaian kinerja: manfaat anggaran sebagai alat penilaian kinerja para manajer. Pada akhir periode setelah melakukan perbandingan antara hasil aktual dengan yang dianggarkan maka akan ditemukan apakah manajer atau karyawan yang bersangkutan telah berupaya bertindak sesuai yang diharapkan.

B. Aspek Keperilakuan Pada Anggaran

Keterbatasan dari anggaran yang akan dijelaskan berikut ini sangat berkaitan erat dengan aspek keperilakuan. Karena subyek dari anggaran adalah manusia yakni karyawan dan manajer. Tindakan mereka begitu dipengaruhi oleh anggaran itu sendiri, begitu pula sebaliknya, mereka juga dapat memengaruhi anggaran yang akan dibuat.

Umumnya anggaran dapat disusun dengan menggunakan metode top-down atau bottom-up. Anggaran yang disusun menggunakan pendekatan top-down yang mana tidak melibatkan partisipasi para subordinate-nya, seringkali bersifat subjektif. Dengan kata terlalu menyederhanakan fakta yang ada dilapangan dan cenderung mengabaikan kompleksitas yang sesungguhnya dihadapi manajer. Jika atasan memberlakukan target yang tidak sesuai dengan kapasitas manajer maka akan menyebabkan manajer tertekan (jika anggaran dibuat terlalu ketat) atau dapat juga menyebabkan demotivasi (jika anggaran dibuat terlalu longgar). Berikutnya, dengan menggunakan anggaran sebagai alat penilaian kinerja yang mana membandingkan antara rencana dan aktual merupakan hal yang terlalu menekankan hasil dibandingkan peorses sehingga menyebabkan tindakan korektif yang diambil tidak berdasarkan penelusuran masalah sampai ke akar penyebabnya.

Penyusunan anggaran dengan pendekatan bottom-up atau sering disebut anggaran partisipatif juga memiliki keterbatasan. Pendekatan bottom-up mensyaratkan partisipasi dari para subordinate untuk turut memberikan suara dan keputusannya dalam menyusun anggaran. hal tersebut dapat memunculkan perilaku menyimpang yang disebut sebagai budgetary slack.

Budgetary slack merupakan perilaku ketika para manajer atau karyawan yang diminta untuk menyusun anggaran akan cenderung mengestimasikan nilai anggaran yang tidak benar-benar mencerminkan kapasitas terbaik mereka. 

Masalah lain yang timbul dari anggaran partisipatif adalah pseduo participation. Merupakan sebauh sikap dimana ketika manajeman tingkat atas hanya sekedar melakukan formalitas ketika mendelegasikan perintah kepada para bawahan untuk menyusun anggaran. Pada akhirnya anggaran tetap disusun berdasarkan keputusan manajer tingkat atas. 

Terakhir, yang sudah pasti terjadi di perusahaan yang menerapkan anggaran,, ketika umumnya kinerja hanya diukur berdasarkan ukuran keuangan, adalah timbulnya perilaku myopic. Pada intinya perilaku tersebut mengakibatkan seseorang cenderung mencar jalan pintas untuk mencapai sebauh target yang mungkin memang akan berhasil tapi hanya untuk jangka waktu pendek.

Sumber: BMP EKMA4313/AkuntansiManajeman/Modul5/UniveristasTerbuka/ I Made Narsa